Just my blog

Bersyukurlah, bersemangatlah.. do your best!

Tentang Pelit 26.5.06


"Makanya jangan pelit..."

Begitu petikan kalimat yang terlontar dari seseorang kepada saya beberapa hari yang lalu. Hal ini bermula sewaktu si oknum sedang membuka hadiah dari rekanan kerjanya seusai meeting. Hadiah tersebut berupa barang elektronik mungil penyimpan data. Dan ternyata sebelumnya dia memberikan sesuatu yang sama pada salah satu temannya.

Entah mengapa saya hanya tersenyum dan tidak berkomentar apapun. Dalam benak saya sempat terlintas, "nich orang apa nyindir saya yah?". Mungkin dia tahu kalau selama ini saya tidak ikut dalam "iuran" untuk lembaga zakat yang ada majalahnya :) di tempat saya bekerja. Saya memang sengaja tidak ikut karena saya tidak sreg.
Dalam hati ada terbersit rasa jengkel, "suka-suka saya donk, mau pelit mau engga toh urusan saya.. memangnya saya kalau memberi harus laporan ke dia atau pak erte.. huh... "

Saya tetap diam dan melanjutkan pekerjaan saya sambil berpikir, terserahlah orang mau beropini atau berkomentar apa tentang saya. "Only me who know who i am".

Back to topik ...

Setelah searching2, pelit alias bakhil atawa stingy berarti "Giving or spending reluctantly" [keseganan untuk memberi].

Saya kembali berpikir, apakah pelit itu hanya dibatasi dalam materi? saya rasa tidak. Tidak menolongpun bisa berarti pelit, tidak ramahpun bisa berarti pelit de el el dech..
Terpikir lagi olehku [bolak balik koq mikir :P], itu tadi kan konteksnya dengan hubungan antar manusia? bagaimana dengan pelit kepada Allah? let's talk about it, beyond this story..

Petang itu sudah memasuki waktu shalat maghrib dan seorang oknum bergegas ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Setelah sampai di mushola, wah ternyata pak kiai sudah melakukan i'tidal untuk rakaat pertama. Nah si oknumpun berleha-leha sambil toleh kanan kiri menunggu pak kiai bangkit untuk memulai rakaat kedua. Catcha!!,... nah lo nah lo... kenapa si oknum tidak langsung ikut barisan makmum saat pertama datang? kenapa malah nunggu rakaat kedua?. Apa yang terjadi seandainya pada saat oknum datang pak kiai sudah pada posisi i'tidal rakaat ke-tiga? tentu langsung ikut barisan dalam sholat kan?.

Percaya atau tidak, diakui atau tidak.. bahkan kepada Tuhan pun kita pelit, sekedar menyisihkan beberapa menit untuk menyembah-Nya kita terkadang enggan. Dalam memperoleh rejeki pun sama, terkadang kita pelit untuk mengucapkan syukur Alhamdulillah untuk memuji-Nya.

"Ya Allah, Ajari Kami Untuk Selalu Ingat Kepada- Mu, Bersyukur & Khusyu' Beribadah"(Al Hadits)

3 unek-eneg:

Anonymous said...

aku seneng postingan sing iki nur..^^*two thumbs up*

Anonymous said...

ternyata pak kiai sudah melakukan i'tidal untuk rakaat pertama. Nah si oknumpun berleha-leha sambil toleh kanan kiri menunggu pak kiai bangkit untuk memulai rakaat kedua. Catcha!!,... nah lo nah lo... kenapa si oknum tidak langsung ikut barisan makmum saat pertama datang? kenapa malah nunggu rakaat kedua?.


=>>>> hayooo koq tau yahh.....pasti gak khusuk sholatnya....heheheheh....sholatna sambil lirik lirik yah????....huwakakakak....

Anonymous said...

eit jangan salah, tdk menutup kemungkinan kalo si oknum adalah si post-er. maklum saja kalo solat memang sering multitasking koq :P